DR.Yusuf Qardhawi menggunakan matahari untuk mengibaratkan pemuda.
Ibarat matahari maka usia muda ibarat jam 12 ketika matahari bersinar paling
terang dan paling panas, mempunyai kekuatan yang lebih secara fisik dan
semangat bila dibanding dengan anak-anak atau manusia usia lanjut (manula).
Pemuda mempunyai potensi yang luar biasa.
Hasan Al Banna seorang tokoh pergerakan di Mesir pernah
berkata,”Di setiap kebangkitan, pemudalah pilarnya, di setiap pemikiran,
pemudalah pengibar panji-panjinya”. Pemuda mempunyai banyak potensi tetapi jika
tidak dilakukan pembinaan maka potensinya tak tergali, semangatnya melemah atau
yang lebih buruk lagi ia menggunakan potensinya untuk hal-hal yang tidak baik.
Dalam rangka Hari Sumpah Pemuda marilah sejenak kita merenungkan
perjalanan pemuda Indonesia sepanjang masa, sepanjang sejarah bangsa Indonesia.
Untuk kemudian kita jadikan pengobar semangat pemuda masa kini untuk membangun
bangsa dalam rangka mengisi kemerdekaan yang telah diraih dengan pengorbanan
yang sangat besar. Pengorbanan harta-benda, jiwa dan raga.
Boedi Oetomo, 20 Mei
1908
Kebijakan Politik etis 1901 di Hindia Belanda telah memberikan
angin segar terhadap Bumi Putra / rakyat Indonesia ke dalam kesadaran menuju
kemerdekaan sebuah bangsa yang telah lama tereksploitasi dari penjajahan
Belanda. Perkembangan situasi ekonomi sosial politik pada masa itu telah
memberikan pelajaran bagi pemuda bangsa sehingga terbangunlah organisasi pemuda
Mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten) yang kita kenal
dengan nama Boedi Oetomo ( BO ) pada tanggal 20 Mei 1908, atau yang kita kenal
sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Boedi Oetomo adalah organisasi pemuda modern
yang memiliki pandangan politik dan pemimpin yang lahir dari pemuda-pemuda bumi
putra walaupun berangkat dari kesadaran lokal. Kelahiran Boedi Oetomo sangat
mempengaruhi kondisi sosial politik di Hindia Belanda dan kelahiran
organisasi-oganisasi modern lain seperti Sarikat Islam ( SI ) yang lahir di
Lawean Solo, Indische Party ( IP ) dan sebagainya. Melalui proses kebangkitan
bangsa ini, maka para pemuda telah menggelorakan semangat agar bangsa Indonesia
menjadi bangsa yang tidak terserak-serak dalam arti wilayah, suku, ras, agama
dan sebagainya akan tetapi telah memiliki kesadaran berorganisasi sebagai
persyaratan untuk kebangkitan nasional.
Mereka dikenal sebagai generasi 08.
Sumpah Pemuda, 28
Oktober 1928
Pemberontakan-pemberontakan terhadap kolonialisme oleh massa
rakyat di beberapa daerah pada tahun 1926 telah memberikan batu alas akan
semangat Nasionalisme dan cita-cita kemerdekaan. Semangat nasionalisme ini
akhirnya melahirkan Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober, ” Satu Nusa, Satu Bangsa,
dan Satu Bahasa Indonesia “. Rumusan ini merupakan bentuk identitas atau simbol
nasionalis, sebagai langkah persatuan dalam menggalang kekuatan untuk melawan
kolonial. Atau dapat kita lihat sebagai Counter Ideology ( ideologi tandingan )
yang secara komprehensip dapat di artikan sebagai tandingan simbol perlawanan
kepada kolonial. Dengan adanya Sumpah Pemuda dapat diartikan bahwa pemuda telah
memiliki peran yang sangat signifikan dalam proses pembentukan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Sumpah Pemuda: Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa
Indonesia, merupakan titik awal bagi proses pembentukan negara bangsa yang
kemudian dikenal sebagai negara dan bangsa Indonesia.
Mereka inilah yang kemudian disebut sebagai generasi 28.
Pemuda Pejuang
Kemerdekaan, 17 Agustus 1945
Pada masa penjajahan Fasisme Jepang ( 1942-1945 ), banyak gerakan
“Under Ground” yang dilakukan oleh pemuda .Akibat kuatnya represifitas dan
bengisnya tentara Jepang terhadap bangsa maka terjadilah krisis pergerakan,
akan tetapi pemuda tidak ambil diam atas situasi tersebut. Dengan semangat
kemerdekaan inilah pemuda banyak melakukan pergerakan di bawah tanah / ”
Under Ground ” untuk terus menekan kekuatan Jepang.
Peristiwa Rengasdengklok berupa penculikan terhadap Soekarno dan
mendesaknya untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, yang mana diprakarsai
oleh golongan muda atau tepatnya adalah Kelompok Studi Mahasiswa yaitu kelompok
Menteng-31, menujukkan bagi kita bahwa peranan pemuda sangat penting dalam
proses menuju Indonesia merdeka dan cukup relevan jika dikatakan bahwa proklamasi
kemerdekaan Indonesia adalah sebagai revolusi pemuda mengingat peranannya yang
cukup besar bagi kemerdekaan.
Generasi muda kemudian juga berhasil menorehkan tinta emas dengan merenda dan mengimplementasikan gagasan mengenai satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa dalam bentuk kemerdekaan bangsa, yang teks proklamasinya dibacakan oleh Ir. Soekarno tepat jam 10 tanggal 17 Agustus 1945. Melalui proklamasi kemerdekaan ini maka bangsa Indonesia yang selama ini tidak memiliki kedaulatan dan terpecah-pecah dalam kerajaan-kerajaan menyatu menjadi satu bangsa yaitu bangsa Indonesia. Lagu Satu Nusa Satu Bangsa yang sering dikumandangkan pada waktu upacara merupakan simbol dan substansi dari menyatunya segenap elemen bangsa Indonesia.
Mereka dikenal sebagai generasi 45.
Pemuda Memurnikan
Ideologi Bangsa, tahun 1966
Krisis kekuasaan yang terjadi pada tahun 1966 membuat pemuda
bangkit melakukan perlawanan. Para aktivis organisasi kemahasiswaan, seperti
GMNI, PMII, HMI, PMKRI, GMKI dan segenap elemen mahasiswa melakukan tiga
tuntutan rakyat (Tritura) yang sangat dikenang, yaitu: Bubarkan PKI, Bersihkan
pemerintahan dari unsur-unsur PKI dan Turunkan harga. Tritura ini menjadi salah
satu power
pressure bagi pemerintahan Orde
Lama untuk melakukan berbagai perubahan. Era ini ialah era pemurnian kembali
Pancasila sebagai satu satunya ideologi bangsa dan kembalinya UUD’45 dijalankan
secara murni dan konsekuen.sehingga memunculkan Orde Baru yang kemudian
berkuasa selama puluhan tahun.
Mereka dikenal sebagai generasi 66.
Pemuda Reformasi, tahun
1998
Gerakan pemuda mahasiswa yang terjadi saat itu sungguh sekali lagi
membuktikan bahwa mahasiswa memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan sosial.
Kekuasaan Orde Baru yang tiranic, gigantic and powerfull ternyata juga tidak mampu menghadang kekuatan pemuda. Melalui
gerakan people power akhirnya kekuasaan otoriter Soeharto pun harus berakhir. Melalui
gerakan pemuda mahasiswa tersebut, maka muncullah Orde Reformasi yang
berlangsung sekarang.
Mereka dikenal sebagai generasi 98.
Mengembalikan Jiwa
Nasionalisme Bagi Pemuda Indonesia
Arus globalisasi telah mengakibatkan pemuda tidak lagi bangga akan
budaya bangsa ini serta melunturkan kecintaan terhadap bumi pertiwi. Hal ini
akibat doktrin globalisasi yang mengarahkan pikiran pemuda kepada arah
pragmatisme dan konsumerisme atau pendek katanya, kalau tidak berbau barat
tidak gaul, bahkan yang sangat ironis sekali adalah kesadaran berorganisasi pun
dijauhi oleh kalangan pemuda akibat banyaknya kegiatan hura-hura, hiburan-hiburan
atau “dugem”. Budaya hedonisme menjadi virus atas kecintaannya terhadap bangsa
ini dan semakin menjauhkan dirinya dari realitas sosialnya.
Tentunya tugas pemuda kedepan sangatlah besar dan mulia, selayaknya seorang pemuda memiliki jiwa patriotik, progressif, militan dan dinamis dalam mengemban tugas sejarah bangsa. Jika realitas pemuda hari ini jauh dari karakter dan jiwa tersebut, maka sadar atau tidak kita akan tergilas dan terseret oleh jalannya sejarah yang senantiasa berkembang dan bergerak.
Dengan demikian saatnyalah
pemuda kembali mengobarkan semangat juangnya dan mengembalikan kecintaannya
terhadap bangsa ini. Para pemuda dapat menjadi agent of social
change,
baik dalam skala nasional maupun lokal. Generasi muda adalah the
leader of tomorrow, karena di tangan kaum mudalah nasib sebuah bangsa dipertaruhkan. Jika
kaum muda memiliki semangat dan kemampuan untuk membangun bangsa dan negaranya,
maka sesungguhnya semuanya itu akan kembali kepadanya.Hasil pembangunan dalam
aspek apapun sebenarnya adalah untuk kepentingan dirinya dan masyarakatnya dan
anak cucu kelak.
Pemuda jaman saiki,... ayo podo bangkit, semangat ojo kalah karo pemuda jaman mbiyen, ....... Caiyooooooooo.
BalasHapus