Senin, 28 Oktober 2013

Wahai Pemuda, Bangkitlah!

DR.Yusuf Qardhawi menggunakan matahari untuk mengibaratkan pemuda. Ibarat matahari maka usia muda ibarat jam 12 ketika matahari bersinar paling terang dan paling panas, mempunyai kekuatan yang lebih secara fisik dan semangat bila dibanding dengan anak-anak atau manusia usia lanjut (manula). Pemuda mempunyai potensi yang luar biasa.
Hasan Al Banna seorang tokoh pergerakan di Mesir pernah berkata,”Di setiap kebangkitan, pemudalah pilarnya, di setiap pemikiran, pemudalah pengibar panji-panjinya”. Pemuda mempunyai banyak potensi tetapi jika tidak dilakukan pembinaan maka potensinya tak tergali, semangatnya melemah atau yang lebih buruk lagi ia menggunakan potensinya untuk hal-hal yang tidak baik.

Dalam rangka Hari Sumpah Pemuda marilah sejenak kita merenungkan perjalanan pemuda Indonesia sepanjang masa, sepanjang sejarah bangsa Indonesia. Untuk kemudian kita jadikan pengobar semangat pemuda masa kini untuk membangun bangsa dalam rangka mengisi kemerdekaan yang telah diraih dengan pengorbanan yang sangat besar. Pengorbanan harta-benda, jiwa dan raga.


Boedi Oetomo, 20 Mei 1908
Kebijakan Politik etis 1901 di Hindia Belanda telah memberikan angin segar terhadap Bumi Putra / rakyat Indonesia ke dalam kesadaran menuju kemerdekaan sebuah bangsa yang telah lama tereksploitasi dari penjajahan Belanda. Perkembangan situasi ekonomi sosial politik pada masa itu telah memberikan pelajaran bagi pemuda bangsa sehingga terbangunlah organisasi pemuda Mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten) yang kita kenal dengan nama Boedi Oetomo ( BO ) pada tanggal 20 Mei 1908, atau yang kita kenal sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Boedi Oetomo adalah organisasi pemuda modern yang memiliki pandangan politik dan pemimpin yang lahir dari pemuda-pemuda bumi putra walaupun berangkat dari kesadaran lokal. Kelahiran Boedi Oetomo sangat mempengaruhi kondisi sosial politik di Hindia Belanda dan kelahiran organisasi-oganisasi modern lain seperti Sarikat Islam ( SI ) yang lahir di Lawean Solo, Indische Party ( IP ) dan sebagainya. Melalui proses kebangkitan bangsa ini, maka para pemuda telah menggelorakan semangat agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang tidak terserak-serak dalam arti wilayah, suku, ras, agama dan sebagainya akan tetapi telah memiliki kesadaran berorganisasi sebagai persyaratan untuk kebangkitan nasional.

Mereka dikenal sebagai generasi 08.


Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928
Pemberontakan-pemberontakan terhadap kolonialisme oleh massa rakyat di beberapa daerah pada tahun 1926 telah memberikan batu alas akan semangat Nasionalisme dan cita-cita kemerdekaan. Semangat nasionalisme ini akhirnya melahirkan Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober, ” Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa Indonesia “. Rumusan ini merupakan bentuk identitas atau simbol nasionalis, sebagai langkah persatuan dalam menggalang kekuatan untuk melawan kolonial. Atau dapat kita lihat sebagai Counter Ideology ( ideologi tandingan ) yang secara komprehensip dapat di artikan sebagai tandingan simbol perlawanan kepada kolonial. Dengan adanya Sumpah Pemuda dapat diartikan bahwa pemuda telah memiliki peran yang sangat signifikan dalam proses pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sumpah Pemuda: Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa Indonesia, merupakan titik awal bagi proses pembentukan negara bangsa yang kemudian dikenal sebagai negara dan bangsa Indonesia.

Mereka inilah yang kemudian disebut sebagai generasi 28.


Pemuda Pejuang Kemerdekaan, 17 Agustus 1945
Pada masa penjajahan Fasisme Jepang ( 1942-1945 ), banyak gerakan “Under Ground” yang dilakukan oleh pemuda .Akibat kuatnya represifitas dan bengisnya tentara Jepang terhadap bangsa maka terjadilah krisis pergerakan, akan tetapi pemuda tidak ambil diam atas situasi tersebut. Dengan semangat kemerdekaan inilah pemuda banyak melakukan pergerakan di bawah tanah /  ” Under Ground ” untuk terus menekan kekuatan Jepang.
Peristiwa Rengasdengklok berupa penculikan terhadap Soekarno dan mendesaknya untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, yang mana diprakarsai oleh golongan muda atau tepatnya adalah Kelompok Studi Mahasiswa yaitu kelompok Menteng-31, menujukkan bagi kita bahwa peranan pemuda sangat penting dalam proses menuju Indonesia merdeka dan cukup relevan jika dikatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah sebagai revolusi pemuda mengingat peranannya yang cukup besar bagi kemerdekaan.

Generasi muda kemudian juga berhasil menorehkan tinta emas dengan merenda dan mengimplementasikan gagasan mengenai satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa dalam bentuk kemerdekaan bangsa, yang teks proklamasinya dibacakan oleh Ir. Soekarno tepat jam 10 tanggal 17 Agustus 1945. Melalui proklamasi kemerdekaan ini maka  bangsa Indonesia yang selama ini tidak  memiliki kedaulatan dan terpecah-pecah dalam kerajaan-kerajaan menyatu menjadi satu bangsa yaitu bangsa Indonesia.  Lagu Satu Nusa Satu Bangsa yang sering dikumandangkan pada waktu upacara merupakan simbol dan substansi dari menyatunya segenap elemen bangsa Indonesia.

Mereka dikenal sebagai generasi 45.


Pemuda Memurnikan Ideologi Bangsa, tahun 1966
Krisis kekuasaan yang terjadi pada tahun 1966 membuat pemuda bangkit melakukan perlawanan. Para aktivis organisasi kemahasiswaan, seperti GMNI, PMII, HMI, PMKRI, GMKI dan segenap elemen mahasiswa melakukan tiga tuntutan rakyat (Tritura) yang sangat dikenang, yaitu: Bubarkan PKI, Bersihkan pemerintahan dari unsur-unsur PKI dan Turunkan harga. Tritura ini menjadi salah satu power pressure bagi pemerintahan Orde Lama untuk melakukan berbagai perubahan. Era ini ialah era pemurnian kembali Pancasila sebagai satu satunya ideologi bangsa dan kembalinya UUD’45 dijalankan secara murni dan konsekuen.sehingga memunculkan Orde Baru yang kemudian berkuasa selama puluhan tahun.

Mereka dikenal sebagai generasi 66.


Pemuda Reformasi, tahun 1998
Gerakan pemuda mahasiswa yang terjadi saat itu sungguh sekali lagi membuktikan bahwa mahasiswa memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan sosial. Kekuasaan Orde Baru yang tiranic, gigantic and powerfull ternyata juga tidak mampu menghadang kekuatan pemuda. Melalui gerakan people power akhirnya kekuasaan otoriter Soeharto pun harus berakhir. Melalui gerakan pemuda mahasiswa tersebut, maka muncullah Orde Reformasi yang berlangsung sekarang.

Mereka dikenal sebagai generasi 98.


Mengembalikan Jiwa Nasionalisme Bagi Pemuda Indonesia
Arus globalisasi telah mengakibatkan pemuda tidak lagi bangga akan budaya bangsa ini serta melunturkan kecintaan terhadap bumi pertiwi. Hal ini akibat doktrin globalisasi yang mengarahkan pikiran pemuda kepada arah pragmatisme dan konsumerisme atau pendek katanya, kalau tidak berbau barat tidak gaul, bahkan yang sangat ironis sekali adalah kesadaran berorganisasi pun dijauhi oleh kalangan pemuda akibat banyaknya kegiatan hura-hura, hiburan-hiburan atau “dugem”. Budaya hedonisme menjadi virus atas kecintaannya terhadap bangsa ini dan semakin menjauhkan dirinya dari realitas sosialnya.

Tentunya tugas pemuda kedepan sangatlah besar dan mulia, selayaknya seorang pemuda memiliki jiwa patriotik, progressif, militan dan dinamis dalam mengemban tugas sejarah bangsa. Jika realitas pemuda hari ini jauh dari karakter dan jiwa tersebut, maka sadar atau tidak kita akan tergilas dan terseret oleh jalannya sejarah yang senantiasa berkembang dan bergerak.

Dengan demikian saatnyalah pemuda kembali mengobarkan semangat juangnya dan mengembalikan kecintaannya terhadap bangsa ini. Para pemuda dapat menjadi agent of social change, baik dalam skala nasional maupun lokal. Generasi muda adalah the leader of tomorrow, karena di tangan kaum mudalah nasib sebuah bangsa dipertaruhkan. Jika kaum muda memiliki semangat dan kemampuan untuk membangun bangsa dan negaranya, maka sesungguhnya semuanya itu akan kembali kepadanya.Hasil pembangunan dalam aspek apapun sebenarnya adalah untuk kepentingan dirinya dan masyarakatnya dan anak cucu kelak.

1 komentar:

  1. Pemuda jaman saiki,... ayo podo bangkit, semangat ojo kalah karo pemuda jaman mbiyen, ....... Caiyooooooooo.

    BalasHapus